Mahisa menghentikan langkah tepat sebatas mata memandang jelas rumah tercintanya, ragu dan rindu bertalu saling mengadu, malu semakin menguasai kalbu, terbayang penolakan diri akan hasrat yang tersirat dari kedua orang tuanya, ketika orang tuanya mengabulkan keinginan hatinya, ternyata yang didamba merombak bangunan cintanya, yang menjadi kekuatan hilang sudah tergerus realita yang tak pernah terlintas sejenakpun di dalam pikirannya.
“Ahh….maafkan aku ibu….”ditariknya napas yang panjang , sambil perlahan di kuatkan keyakinannya akan cinta yang akan menyambutnya. Baca lebih lanjut
Filed under: Cerita cinta | Tagged: Catatan Ence Abdurohim, Cinta, Hati, Kembara | Leave a comment »