Terpesona Mu

Nyai...

Dari geliat ruh yg dihembuskan-Nya penuh kesucian

Dari dalamnya  jiwa yang padanya  diilhamkan ‘fujuroha wataqwaha’

Aku tersungkur dalam ampun pada  al-Ghaffar

Belum mampu mengelola deras debur kefasikan yang terus menampakkan keindahan dalam janjinya

Belum sanggup memutih jernihkan istiqomah taqwa yang diamanahkan

Hingga ku berlumur rindu di sekujur tubuh yg menutup pori-pori  janji

Tak berdaya menahan rasa suka yang terus memapah rasa padamu Baca lebih lanjut

Cakrawala Rasa

Nyai….
Pegang erat pinggang dari belakang

Atau, kau lingkarkan kaki dipunggung dan pagutkan tangan dipundak……… jangan ragu

Atau, kau simpan kedua kakimu diatas punggung kakiku dari depan, lingkarkan kedua tangan di atas pinggul

Atau …..
Kau pagutkan kedua tangan di leher
Biar tanganku berpaut di pinggul Nyai Baca lebih lanjut

Menembus Batas

Nyai….
Ketika jarak di dekatkan rasa
Hatiku kau ajak hijrah ke pemukimanmu
Rinduku kau asuh manja , hingga kerasan di ninakan perhatian
Sendi-sendi cinta terkulai tak berdaya dari pahatan janji
Ahhh……terkadang hasratku lupa kampung halaman

Nyai….
Sikapmu tumpah, memecah, berkeping, memasir di latar ujung telapak
Seakan ku terbang bergelayut di sayap lembutmu
Melayang tak berjejak
Menoreh lukis di ingatan Baca lebih lanjut

Bias-bias Cinta (bag-1)

Malam itu begitu seksi, sabit bulan, merayu-rayu gemetar, semilir dari bukit sebelah, sungguh  membangkit bulu roma, kerlip lampu di seberang pandang, melambai, mengusap halus rindu.

Luar biasa indah…….

Dilipat rindu satu persatu, merapikannya di ruang tersendiri , agar tak terbang tanpa kendali, mengembara ke negeri hati yg menjadi pujaannya.

Zati terpaku lunglai

Ditariknya nafas yang dalam perlahan, wajahnya menengadah, jemarinya meremas sendiri kuat, menekan dada yang penuh degup

Perlahan sebening kaca merembes pipi lembutnya, seakan berat sekali menuruninya.

Hatinya menolak untuk percaya, kalau nadi cintanya telah teracuni cemburu. Baca lebih lanjut

Kembara Hati (bag.3)

Mahisa menghentikan langkah tepat sebatas mata memandang jelas rumah tercintanya, ragu dan rindu bertalu saling mengadu, malu semakin menguasai kalbu, terbayang penolakan diri akan hasrat yang tersirat dari kedua orang tuanya, ketika orang tuanya mengabulkan keinginan hatinya, ternyata yang didamba merombak bangunan cintanya, yang menjadi kekuatan hilang sudah tergerus realita yang tak pernah terlintas sejenakpun di dalam pikirannya.

“Ahh….maafkan aku ibu….”ditariknya napas yang panjang , sambil perlahan di kuatkan keyakinannya akan cinta yang akan menyambutnya. Baca lebih lanjut

Kembara Hati (bag.2)

Ketika kekuatan kembali, bukan berarti perjuangan cukup sudah, hembusan ketakyakinan dari sepoi hingga hembusnya silih berganti.. Mahisa gontai dalam keyakinan yang terus disusunnya kembali, mengayuh langkah setapak demi setapak menyusuri pinggiran desa menuju rumah yang sempat hendak ditinggalkannya.

Walau penyadaran akan apa yang terjadi adalah yang terbaik dari-Nya, namun ketakpercayaannya pada Ragawi selalu saja menyusup relung hatinya. Baca lebih lanjut